RADARBINTAN.COM, Jakarta – Pemerintah melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) terus menggeliatkan pendederan tiram mutiara sebagai salah satu upaya meningkatkan produksi mutiara.
“Pemerintah hadir, menjamin usaha budidaya mutiara ini terus berkembang. Salah satu upaya yang dilakukan adalah mendorong hatchery-hatchery tiram mutiara yang melakukan pemuliaan induk untuk terus memproduksi induk dan benih unggul tiram mutiara, “ujar Direktur Jenderal Perikanan Budi Daya, Tb Haeru Rahayu melalui siaran pers Senin 3 Juni 2924.
“Sehingga tetap menjaga ketersediaan induk tiram mutiara di alam dalam proses produksi mutiara, “tambah pria yang akrab disapa Tebe ini.
Tebe menjelaskan KKP melalui Balai Produksi Induk Udang Unggul dan Kekerangan (BPIU2K) Karangasem dan Balai Perikanan Budidaya Laut Lombok terus bersinergi dan kolaborasi dengan hatchery-hatchery tiram mutiara.
Baik timpalnya milik pemerintah maupun swasta untuk terus meningkatkan kegiatan pemuliaan induk tiram mutiara hingga produksi induk dan benih tiram mutiara berkualitas.
“Dengan begitu harapannya, kualitas, kuantitas, serta daya saing produk mutiara Indonesia terus meningkat dan berkelanjutan, hingga terus menjadi negara pemasok mutiara dunia, “papar Tebe.
Merujuk data ITC Trademap 2022, Indonesia merupakan negara eksportir mutiara terbesar ke empat di dunia setelah Hongkong, Jepang dan China, dengan nilai penjualan mencapai USD 55 juta atau setara Rp 825 miliar.
Negara tujuan ekspor utama mutiara Indonesia adalah Jepang (47,6%), Hongkong (31,6%), dan Australia (18,9%).
Sedangkan nilai permintaan pasar mutiara global cenderung meningkat dalam 3 tahun terakhir.
Pada 2020 nilainya sebesar USD 483 juta, di 2021 sebesar USD 862 juta dan 2022 sebesar USD 1 miliar.
“Ini artinya potensi pasar mutiara di tingkat global masih terbuka lebar. Dengan melihat potensi nilai ekspor mutiara Indonesia yang cenderung naik secara signifikan dari tahun ke tahun, untuk memenuhi kebutuhan pasar dunia yang selalu meningkat, “urai Tebe.
Hal senada disampaikan Sekretaris Direktorat Jenderal Perikanan Budi Daya, Gemi Triastutik.
Katanya tiram mutiara merupakan komoditas yang dapat dibudidayakan.
Ia menjabarkan segmentasi produksi mutiara terbagi menjadi tiga yaitu pembenihan, pendederan dan produksi mutiara.
“Pembudidaya tidak harus memelihara tiram mutiara dari benih hingga menghasilkan mutiara. Sebab itu perlu waktu yang lama. Namun bisa menggeliatkan pada segmentasi usaha pendederan saja, “kata Gemi.
Kegiatan pendederan tiram mutiara, lanjut Gemi, merupakan pemeliharaan dari ukuran spat 1 – 2 cm, hingga menjadi tiram ukuran 6 – 9 cm dan siap insersi (10 cm atau lebih), menjadi salah satu segmen usaha yang potensial bagi masyarakat pesisir. Sebab segmentasi usaha pendederan tiram mutiara cukup mudah dan murah.
“Melalui usaha pendederan, pembudidaya tiram mutiara dengan modal yang murah, karena tidak memerlukan pakan. Hasil produksinya berupa tiram mutiara ukuran 10 cm yang siap diinsersi, bisa langsung dijual kepada perusahaan perusahaan produksi mutiara,” jelas Gemi.
Soal harga, Plt. Kepala Balai Perikanan Budidaya Laut Lombok, Wawan Cahyono Ashuri menyampaikan harga jual tiram mutiara yang siap diinsersi sangat menjanjikan, bisa mencapai harga hingga Rp 2.500 per cm, tergantung kesepakatan dengan perusahaan produksi mutiara.
Wawan menjelaskan segmentasi produksi tiram mutiara dimulai dari Pembenihan yaitu pemijahan, pemeliharaan larva dan panen spat memerlukan waktu sekitar 45 hari per siklus.
Katanya pendederan dimulai dari persiapan longline, penebaran tiram kecil (spat), penjarangan dan pemeliharaan hingga menghasilkan tiram mutiara yang siap insersi memerlukan waktu sekitar 20 bulan per siklus.
Tahapan selanjutnya katanya adalah produksi mutiara yaitu persiapan longline, persiapan penebaran, pemeliharaan, sampling dan observasi hingga panen mutiara memerlukan waktu selama 19 bulan per siklus.
“Segmentasi yang menjadi pilihan terbaik bagi pembudidaya adalah pendederan untuk menghasilkan tiram mutiara siap diinsersi, “paparnya.
Ia mengungkapkan BPBL Lombok telah melakukan inisiasi pembenihan dan pendederan tiram mutiara sejak tahun 2000. Dan tahun 2010 mulai melakukan pembinaan kelompok masyarakat pembudidaya tiram mutiara dengan melakukan pendampingan teknis dan bantuan benih tiram mutiara.
Katanya salah satu kawasan pendederan tiram mutiara binaan BPBL Lombok berada di Desa Pulau Kaung Kabupaten Sumbawa. Hasil pendederannya dapat dibeli oleh perusahaan – perusahaan mutiara sebagai bahan baku tiram mutiara yang siap insersi.
Sebagai informasi, beberapa provinsi di Indonesia yang menjadi sentra produksi tiram mutiara, antara lain Papua Barat, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Tenggara, Jawa Timur, Lampung dan Maluku (Satu Data KKP, 2022). Target produksi benih tiram mutiara BPBL Lombok pada tahun 2023 sebesar 50 ribu ekor dan terealisasi sebesar 80 ribu ekor atau 160 persen. BPIU2K Karangasem target produksi benih tiram mutiara pada tahun 2023 sebesar 267,6 ribu ekor dan terealisasi sebesar 300 ribu ekor. ***