Opini  

Gen Z dan Gaya Hidup Go Green

Alfitri

Oleh Alfitri
Dosen Departemen Sosiologi Universitas Andalas

Generasi Z (Gen Z) adalah mereka yang lahir antara tahun 1997 hingga 2012. Mereka tumbuh di era dimana perubahan iklim, kerusakan dan aneka masalah lingkungan menjadi isu global yang urgen, termasuk di Indonesia. Karena itu, Gen Z hendaknya tidak melihat perubahan iklim sebagai isu global semata tetapi juga sebagai tanggung jawab pribadi. Dengan kepedulian yang tinggi di tingkat lokal mereka dapat proaktif berperan dengan mengadopsi gaya hidup go green sebagai salah satu cara untuk berkontribusi dalam pelestarian lingkungan hidup.

Go green dapat diartikan sebagai gaya hidup untuk mengurangi dampak negatif aktivitas manusia terhadap lingkungan. Ini adalah juga bagian dari gerakan untuk menjaga dan merawat bumi yang tercemar atau rusak akibat perilaku manusia yang tidak ramah lingkungan atau tidak bertanggung jawab.

Dalam kehidupan keseharian Gen Z dapat membiasakan praktik gaya hidup go green ini, baik di rumah, di kampus atau dimana pun mereka beraktivitas. Dari perspektif Giddens (2011), rutinisasi tindakan itu akan menjadi praktik sosial yang dapat memengaruhi struktur karena adanya kesadaran diskursif yang meluas.

Beberapa praktik itu, misalnya, adalah ketika Gen Z lebih selektif dalam memilih produk dan cenderung mendukung merek yang menerapkan proses produksi yang ramah lingkungan. Misalnya, banyak di antara mereka yang memilih produk dengan kemasan ramah lingkungan, produk lokal, atau barang-barang daur ulang.

Misalnya, ketika seorang anak muda lebih memilih membeli makanan yang dikemas dengan karton kertas ketimbang styrofoam. Seperti yang anda tahu, beda dengan styrofoam karton kertas adalah bahan yang mudah terurai atau dapat didaur ulang.

Dalam hal berpakaian, Gen Z menunjukkan preferensi terhadap mode berkelanjutan dengan beralih ke pakaian atau sepatu second-hand atau thrift. Praktik ini selain hemat secara ekonomi tapi juga mengurangi limbah tekstil dan juga mendukung gagasan produksi dan konsumsi yang berkelanjutan. Di lain pihak, baju yang masih layak pakai dapat disedekahkan ke orang yang membutuhkan untuk digunakan lagi (reuse).

Selain itu, Gen Z penting untuk membiasakan perilaku hemat energi, baik ketika di rumah maupun di kampus. Sering terlihat di kampus ketika shift kuliah usai banyak ruang kelas yang dibiarkan lampu dan kipas angin atau ac-nya tetap menyala. Anggota Gen Z yang punya kesadaran lingkungan tentu akan berinisiatif untuk mematikannya, demi mencegah pemborosan energi.

Gen Z juga dapat mengembangkan gaya hidup zero waste dengan mengurangi dan membatasi sampah sesedikit mungkin. Misalnya dengan mengurangi penggunaan tisu dan menggantikannya dengan sapu tangan dari kain yang dapat dicuci dan dipakai ulang. Selain mengurangi timbulan sampah, praktik ini juga dapat mengurangi penebangan pohon di hutan.

Praktik zero waste yang lain misalnya, dengan membawa barang-barang yang dapat digunakan ulang, seperti tumbler, sedotan stainless (atau menghindari memakai sedotan plastik), dan kantong belanja kain. Praktik ini dapat mengurangi potensi timbulan sampah plastik yang banyak mencemari daratan, perairan dan mengancam ekosistem di lautan.

Penggunaan sedotan plastik sekali pakai di Indonesia, misalnya, termasuk yang tertinggi di dunia. Survai Divers Clean Action tahun 2018 memperkirakan pemakaian sedotan plastik di Indonesia mencapai 93, 2 juta lebih. Ini berasal dari restoran, penjual minuman, kafe, minuman kemasan dan sumber lainnya. Jika jumlah tersebut direntangkan akan mencapai jarak 16.784 km atau sama dengan jarak antara Jakarta dan Kota Meksiko.

Lebih dari sekedar pembiasaan praktik-praktik di atas, Gen Z diharapkan juga terlibat dalam kampanye lingkungan dan mendukung kebijakan yang pro lingkungan. Mereka, misalnya, dapat menggunakan media sosial sebagai platform untuk menyebarkan informasi 3R (Reduce, Reuse, dan Recycle) dalam pengurangan sampah plastik atau kampanye Earth Day.

Gen Z juga perlu terlibat dalam mengedukasi masyarakat tentang pentingnya pelestarian lingkungan. Mereka dapat menyelenggarakan seminar, diskusi, atau membuat konten digital yang fokus pada edukasi tentang perubahan iklim dan praktik gaya hidup berkelanjutan. Pada saat KKN, misalnya, mereka dapat membuat pelatihan/penyuluhan pengelolaan sampah rumah tangga yang baik.

Dengan praktik gaya hidup go green, Gen Z memiliki pengaruh besar dalam pelestarian lingkungan hidup. Partisipasi aktif mereka dalam berbagai gerakan lingkungan.tidak hanya akan berdampak pada perilaku individu-individu tetapi juga mendorong perubahan struktural yang signifikan dalam kebijakan pemerintah dan dunia usaha. Dukungan Gen Z dalam upaya pelestarian lingkungan menjadi kunci penting bagi masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan.***

Exit mobile version