RADAR BINTAN, TANJUNGPINANG – Melestarikan budaya lokal dan memperkuat identitas kearifan melayu. Manajemen Terminal Sri Bintan Pura (SBP) resmi terapkan penggunaan tanjak bagi pegawai, dan petugas di lingkungan terminal.
Kebijakan ini diinisiasi sebagai bagian dari upaya memperkuat nilai budaya di ruang publik.
Hal ini juga dapat meningkatkan citra pelayanan yang berbasis budaya, dan keramahan khas Tanjungpinang.
General Manager (GM) Terminal Sri Bintan Pura, Tonny Hendra Cahyadi didampingi oleh Staf Executif Director Regional 1, I Wayan Wirawan, mengatakan bahwa penerapan penggunaan tanjak bukan sekadar seremonial.
Sambungnya, melainkan juga mencerminkan penghormatan terhadap warisan budaya yang telah diwariskan turun-temurun oleh masyarakat melayu.
“Sebagai pintu gerbang utama bagi para wisatawan, dan masyarakat yang datang ke Tanjungpinang. Kami ingin menghadirkan suasana yang lebih berbudaya, dan mencerminkan identitas daerah,” kata Tonny Hendra Cahyadi, Rabu 19 Februari 2025.
Ia menyebut, tanjak bukan hanya simbol adat, tetapi juga kebanggaan yang mencerminkan semangat pelayanan yang ramah dan berintegritas.
“Implementasi kebijakan ini berlaku bagi petugas di garda depan, seperti bagian pelayanan penumpang,
keamanan, dan staf lainnya yang bertugas di lingkungan terminal,” jelasnya.
Ia menambahkan, dengan menggunakan tanjak seluruh pegawai dapat menjadi duta budaya yang ikut memperkenalkan, dan melestarikan warisan melayu kepada masyarakat luas.
“Termasuk wisatawan domestik, dan mancanegara yang berkunjung ke Kepri dapat mengenali kearifan budaya melayu,” tambahnya.
Selain itu, Terminal SBP akan mengadakan berbagai kegiatan edukatif terkait sejarah, dan filosofi tanjak bagi para pegawai.
Program ini bertujuan agar setiap individu yang mengenakan tanjak dapat memahami nilai-nilai di baliknya, dan dapat menyampaikannya kepada para pengguna jasa terminal.
Tokoh masyarakat Lembaga Adat Melayu dan budayawan, Wan Rafiwar mengapresiasi terhadap langkah yang dilakukan Terminal SBP.
“Kami sangat mengapresiasi inisiatif ini, dimana tanjak bukan hanya penutup kepala, tetapi juga simbol harga diri dan kebijaksanaan. Dengan adanya kebijakan ini, kami berharap semakin banyak generasi muda yang mengenal dan bangga dengan warisan budaya kita,” harap Wan Rafiwar.
Dengan adanya penerapan ini, Terminal SBP tidak hanya berfungsi sebagai pusat transportasi, melainkan menjadi simbol pelestarian budaya lokal yang terus berkembang seiring dengan kemajuan zaman.