Manisnya Madu Hutan Gambut : Dari Lahan Terbakar Menjadi Sumber Kesejahteraan

banner 120x600

RADARBINTAN.COM, Kabupaten Bengkalis – Hamparan lahan gambut yang dulunya rentan terbakar di Kabupaten Bengkalis kini telah bertransformasi menjadi sumber kesejahteraan bagi masyarakat.

Hal itu terjadi berkat inisiatif PT. Kilang Pertamina Internasional (KPI) RU II Production Sungai Pakning melalui Program Budidaya Madu Hutan Gambut yang dimulai sejak 2021 yang lalu.

Program tersebut membuktikan bahwa pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) dapat mengubah kehidupan.

Madu Biene, hasil budidaya lebah Apis Mellifera dan Apis Cerana, kini menjadi ikon usaha baru bagi warga di Desa Tanjung Leban, Kecamatan Bandar Laksamana, Kabupaten Bengkalis.

Sebelumnya, masyarakat bergantung pada pencarian madu liar yang sering kali berisiko menyebabkan kebakaran hutan dan lahan (karhutla).

Namun, dengan metode budidaya menggunakan glodok (rumah lebah) yang lebih ramah lingkungan, produksi madu tidak hanya meningkat, tetapi juga turut mengurangi risiko kebakaran hutan.

Selain dampak ekonomi, inovasi tersebut juga membawa manfaat ekologis yang besar. Budidaya lebah secara modern membantu menjaga kelestarian ekosistem hutan gambut dan mengurangi ancaman kebakaran.

Program tersebut turut melibatkan berbagai pihak, mulai dari akademisi, pemerintah daerah, hingga perusahaan swasta yang mendukung pemasaran dan inovasi.

Madu Biene kini tidak hanya merajai pasar lokal, tetapi juga mulai menembus pasar nasional dan internasional.

Dengan sertifikasi halal dan izin edar yang semakin lengkap, kelompok tersebut siap membawa nama Bengkalis ke panggung yang lebih luas.

Baca juga:  Pemdes Parit Satu Api-api Ikut Serta Meriahkan MTQ ke-7 Tingkat Kecamatan Bandar Laksamana

Supervisor General Affair PT. KPI RU II Sungai Pakning, Iswandi menyatakan, perusahaan akan terus melakukan pendampingan dan pembinaan agar petani madu di Desa Tanjung Leban semakin mandiri.

“Kami berkomitmen untuk terus mendukung mereka dalam aspek pengembangan usaha, pemasaran dan inovasi agar program ini dapat berkelanjutan serta menjadi kekuatan ekonomi berbasis lingkungan yang mandiri,” ujarnya di sela-sela acara temu ramah dengan wartawan lokal di Cafe Kopi Loka, Sungai Pakning, Jumat, 13 Maret 2025 malam.

Sementara itu, salah satu peternak lebah dari Kelompok Madu Biene, Rahmadi mengatakan, dulu, kelompoknya mencari madu dengan cara membakar serasah dan asapnya digunakan untuk memanen sarang lebah. Metode tersebut sangat berisiko bagi lingkungan.

“Kini, dengan sistem budidaya, kami bisa menghasilkan madu berkualitas tanpa risiko kebakaran,” ujarnya.

Selanjutnya, salah seorang yang juga anggota Kelompok Madu Biene, Hanafi berharap madu dari Desa Tanjung Leban bisa dinikmati sampai keluar negeri.

“Kami berharap madu dari Desa Tanjung Leban bisa dinikmati tidak hanya di Indonesia tetapi juga di luar negeri,” ujar Hanafi.

Dari lahan gambut yang dulunya penuh tantangan, kini lahirlah manisnya madu yang membawa keberkahan bagi masyarakat.

www.comet.net.id